IQNA

Ahlulbait; Pelita Petunjuk/ 2

Imam As-Shadiq (as) Adalah Pendiri Perkembangan Ilmu Pengetahuan

13:26 - October 12, 2023
Berita ID: 3479056
TEHERAN (IQNA) - Imam As-Shadiq (as) mendirikan Universitas Ilmu Pengetahuan Islam menjadi berbagai fakultas seperti hukum fikih, teolog, hadis, tafsir, dan lain-lain dan membagi pengembangan ilmu pengetahuan di kalangan Syi'ah.

Dalam sebuah wawancara dengan IQNA Iran, Mohammad Sadegh Elmi berbicara tentang konflik dan keterbatasan yang terjadi pada empat imam Syiah pertama dan menambahkan bahwa para pemuka ini khususnya pada masa Imam Baqir (as) dan Imam As-Shadiq (as),  tekanan peengusa mengalami penurunan. Oleh karena itu, setelah keimamahan Imam Muhammad al-Baqir (as), peluang yang luar biasa bagi Syiah datang dari sudut pandang politik, ketika Imam As-Shadiq (as) mendidik banyak siswa di berbagai bidang ilmu.

Imam mendidik hampir 4.000 siswa di berbagai bidang, termasuk Hisyam yang berspesifik dalam topik teologis dan keagamaan serta orang-orang seperti Zurarah dan Muhammad bin Muslim yang merupakan pakar ilmu hadis.

Sebelum beliau, berbagai disiplin ilmu bercampur dan tidak ada pemisahan ilmu, pembagian ilmu yang kita sebut dengan perkembangan ilmu pengetahuan saat ini terjadi pada masa Imam Ja’far As-Shadiq (as). Dengan kata lain Universitas Ilmu Islam terkelompokkan menjadi beberapa fakultas yang berbeda hukum fikih, teolog, hadis, tafsir, dan lain-lain.

Jabir bin Hayyan adalah salah satu tokoh yang memiliki lebih dari 1.200 risalah dan artikel tentang fisika, kimia, dan ilmu eksperimental. Ibnu Nadim adalah salah satu ilmuwan dan selebriti Islam yang mengklasifikasikan ilmu pengetahuan dalam bukunya yang terkenal Al-Fehrest.

Imam As-Shadiq (as) adalah guru Abu Hanifah yang dikenal sebagai "Imam Terbesar" di antara empat mazhab Ahlusunah. Abu Hanifah biasa mengulangi kalimat ini: Kalau bukan karena dua tahun (menjadi murid Imam As-Shadiq (as)), niscaya aku binasa dan tidak mencapai kedudukan tersebut.

Perspektif Imam yang luas, melatih banyak muridnya dan mengajak mereka ke berbagai dialog dan banyak perawi seperti Abu Hanifah dan sesepuh Sunni lainnya yang pernah meriwayatkan hadis dari Imam As-Shadiq (as) menunjukkan hubungan persahabatannya dengan Sunni.

Secara umum, banyak riwayat Imam Ja’far As-Shadiq (as) mengenai kedekatannya, keintiman dan emosionalnya dengan kaum Sunni, dan beliau diundang untuk mengikuti berbagai acara dan berbagi suka dan duka.

Buku Maghz-e Mutafakkir Jahan-e Syi’ah yang ditulis oleh puluhan cendekiawan Barat dan non-Muslim memuat artikel-artikel yang dipresentasikan dalam sebuah seminar di Perancis, dan beberapa artikel Imam As-Shadiq (as) juga telah diterbitkan di dalamnya. Buku yang diterbitkan atas izin Imam Musa Sadr, pemimpin besar Syiah ini, telah juga mendapat perhatian banyak sesepuh Syiah, dan saya sarankan untuk membacanya. (HRY)

captcha