IQNA

Sebuah Lubang di atas Tembok Tinggi Kefrustasian

14:31 - April 27, 2022
Berita ID: 3476749
TEHERAN (IQNA) – Tidak sampai, gagal, kehilangan, melakukan pengkhianatan yang tak termaafkan, dan sejenisnya, telah menempatkan seseorang dalam krisis sehingga dia mungkin putus asa untuk menemukan jalan keluar dan bahkan solusi sehingga berniat untuk bunuh diri. Pada saat ini, apa sebenarnya yang dibutuhkan manusia supaya benar-benar mendapat petunjuk pada  jalan keselamatan?

Setiap manusia pasti pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya yang dapat menimbulkan penderitaan besar. Pada titik ini, intensitas frustrasi terkadang menjadi begitu besar sehingga tampaknya sudah tidak ada solusi. Kecemasan menyerang terus-menerus semakin dalam dan segala kemungkinan untuk mengubah dan menghentikan perasaan ini hilang.

Pada tahun 714 M, sebuah munajat yang penuh semangat diriwayatkan dari Imam Zinal Abidin (as). Dia berkata kepada Tuhannya:

“Engkau membesarkanku saat aku kecil dengan nikmat-nimkat-Mu dan memberikan kehormatan kepadaku saat aku dewasa. Engkau telah memberi daku nikmat dan menjanjikan kehidupan yang lebih baik setelah kematian. Aku tahu Engkau adalah pembimbingku menuju-Mu, dan cintaku kepada-Mu merupakan penyelamatku. Aku berbicara kepada-Mu dalam bahasa di mana dosa telah membungkamnya. Rasa takut, butuh dan harapanku telah memanggil-Mu dengan sepenuh hati yang telah dihancurkan oleh kejahatan.

Ya Tuhanku! Aku takut akan dosa-dosaku dan aku menginginkan kebesaran-Mu. Jika Engkau memaafkannya, itu dari kebaikan-Mu, dan jika Engkau mau menyiksanya, Engkau tidak berbuat aniaya. Simpananku dalam ketidakberdayaan ini adalah kebaikan-Mu dan aku berharap Engkau tidak memutusasakan daku. Maka kabulkan harapanku dan dengarkan doaku, wahai Dzat yang terbaik untuk dipanggil.

Aku memuji Tuhan karena bersabar, seolah-olah aku tidak memiliki dosa sama sekali. Ya Tuhanku, aku melihat semua jalan terbuka menuju-Mu. Meminta bantuan dari-Mu bukanlah halangan, dan pintu-pintu doa menuju-Mu selalu terbuka, dan aku tahu betul bahwa Engkau siap untuk mengijabahkan orang yang penuh harapan ...”.

Dengan kata-kata ini, Imam Sajjad (as), putra Imam Husein (as), dalam sebuah doa yang dikenal sebagai doa Abu Hamzah, membuka jalan untuk melepaskan diri dari kegelapan isolasi dan jalan buntu penderitaan manusia, dan berbicara Tuhan yang kebaikannya diungkapkan dalam Alquran dalam berbagai kata. Mengungkapkan keindahan pandangan dunia ketuhanan dalam bentuk munajat.

 

Kata kunci: Bunuh Diri, Spiritualitas, Harapan, Zainal Abidin, Abu Hamzah

captcha