IQNA

Ulama Kenamaan Dunia Islam/ 18

Moustafa Mahmoud; Seorang Ilmuwan yang Mencapai Keyakinan dari Keraguan

10:36 - January 27, 2023
Berita ID: 3477934
TEHERAN (IQNA) - Mostafa Mahmoud, seorang dokter, pemikir, penulis, dan programmer Mesir, selama lebih dari 5 dekade aktivitas intelektual dan sastra, mencoba menunjukkan pentingnya kedudukan iman dan akhak berdasarkan itu di era dominasi ilmu pengetahuan dengan menghadirkan pemahaman berbasis iman tentang sains eksperimental.

Menurut Iqna, Moustafa Kamal Mahmoud Hussein Al Mahfouz (lahir 27 Desember 1921 – meninggal 31 Oktober 2009) adalah seorang ulama Mesir, dokter, pemikir dan penulis. Dia telah meninggalkan 89 buku di bidang tafsir Alquran, ide-ide keagamaan, novel, drama dan catatan perjalanan.

Mahmoud, karena pendidikan ilmiahnya di bidang kedokteran, serta suasana intelektual saat itu di Mesir dan dunia, menganggap dunia material sebagai dunia deterministik yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia.

Namun, perenungan dan upaya bertahun-tahun untuk mengatasi keraguan, seperti yang dia sendiri tuliskan dalam buku "Rihlati min al-Syak ila al-Iman/ Perjalananku dari Keraguan Menuju Iman" yang diterbitkan pada tahun 1970, telah membuatnya percaya bahwa keberadaan tidak dapat dibatasi pada alam material. Oleh karena itu, seseorang harus mencari otoritas bukan di dunia material di luar manusia, tetapi di dunia di dalam dirinya.

Dalam buku ini, Moustafa Mahmoud juga mengkritisi posisi Alquran dalam masyarakat Mesir saat itu dan menganggap penyembunyian mukjizat-mukjizat Alquran disebabkan pemahaman dan pendekatan yang salah dalam membaca Alquran. Dari sudut pandangnya, qari saat ini membaca Alquran secara seragam dan tanpa memperhatikan kandungan ayat dalam hal kesedihan, kegembiraan, pelajaran dan peringatan; Persoalan yang menyebabkan ayat-ayat Ilahi tidak dipahami dengan baik oleh para pendengarnya.

Dalam buku “Allah wa al-Insan/ Allah dan Manusia”, Mahmoud mencoba menjawab pertanyaan mendasar tentang keraguan, yakin dan tauhid atau ketidakpercayaan. Banyak yang menganggap buku ini beraroma kekufuran; namun dalam persidangan yang digelar atas permintaan Gamal Abdel Nasser, presiden Mesir saat itu, untuk memeriksa tuduhan tersebut, pengadilan membebaskannya dari tuduhan penistaan ​​agama dalam buku ini. Sadat, yang merupakan teman pribadi Mahmoud, memintanya untuk menerbitkan buku berjudul "Dialogue with an Atheist/ Dialog antara saya dan teman ateis saya". Mahmoud kemudian mengkritik pemikirannya sendiri dalam buku ini dan menggambarkannya sebagai tahap "perjalanan dari keraguan menuju iman".

Maha Karya besarnya yang lain dapat dianggap sebagai program "al-Ilm wa al-Iman/ Ilmu dan Iman". Program ini disiarkan selama dua puluh delapan tahun dari tahun 1971 hingga 1999 di TV Mesir dalam 400 episode, dan isinya adalah pemeriksaan sains berdasarkan keyakinan. Dalam program ini, dia pertama kali berbicara tentang kemajuan ilmu pengetahuan yang signifikan di dunia modern, dan kemudian dengan menyebutkan ayat-ayat Alquran dan menyebutkan tafsir ayat-ayat tersebut dalam hal iman, serta mengambil pelajaran dari kemajuan ilmu pengetahuan tersebut, termasuk kemurnian sains dari kejahatan dan perlunya mengandalkan iman untuk mengendalikan kejahatan besar dengan menyalahgunakan sains. (HRY)

captcha